Persahabatan dan Cinta
Hari ini adalah hari
pertamaku masuk SMP Negeri 1 Bali. Pertama kalinya aku masuk ke sekolah negeri
yang pada awalnya aku mengira bahwa sekolah negeri itu tidak bermoral karena
banyak anak-anak yang tidak dapat menghargai kehidupan seseorang, tapi apa mau
dikata aku harus masuk kesekolah itu. Saat aku mulai menginjakkan kakiku di
sekolah ini hatiku sangat deg-degkan dan bingung aku harus bersikap seperti
apa, tiba-tiba dari arah pintu gerbang muncul seorang anak perempuan yang
bersikap seperti anak laki-laki yang hendak menghampiriku.
“Hai, nama kamu siapa?” Ujar anak perempuan itu.
“Naaamaku Haaani, nama kamu siapa?” Jawabku dengan rasa gugup.
“Kenalin nama aku Cacha, kamu kok pakai baju putih biru?” Tanya Cacha dengan tatapan heran melihat kearahku.
“Hmm... kalau disekolahku yang dulu hari ini memang memakai baju putih biru, emang ada yang salah dari pakaianku ini?” Jawabku dengan rasa bingung.
Cacha pun tertawa sejenak setelah aku menjawab pertanyaan dia.
“Bukan begitu, Hani. Cuma aku merasa aneh saja melihat bajumu. Kamu dari SD swasta ya?” Tanya Cacha.
“Iyaa, kamu kok bisa tau.” Jawabku.
“Yaiyalah, Cacha gitu loh... Ayo kita cari kelas kita bareng-bareng yuk!” Ujar Cacha.
Aku dan Cacha mulai menelusuri sekolah baruku dan tak disangka aku sekelas dengan Cacha. Akhirnya aku pun duduk dengan Cacha.
“Hai, nama kamu siapa?” Ujar anak perempuan itu.
“Naaamaku Haaani, nama kamu siapa?” Jawabku dengan rasa gugup.
“Kenalin nama aku Cacha, kamu kok pakai baju putih biru?” Tanya Cacha dengan tatapan heran melihat kearahku.
“Hmm... kalau disekolahku yang dulu hari ini memang memakai baju putih biru, emang ada yang salah dari pakaianku ini?” Jawabku dengan rasa bingung.
Cacha pun tertawa sejenak setelah aku menjawab pertanyaan dia.
“Bukan begitu, Hani. Cuma aku merasa aneh saja melihat bajumu. Kamu dari SD swasta ya?” Tanya Cacha.
“Iyaa, kamu kok bisa tau.” Jawabku.
“Yaiyalah, Cacha gitu loh... Ayo kita cari kelas kita bareng-bareng yuk!” Ujar Cacha.
Aku dan Cacha mulai menelusuri sekolah baruku dan tak disangka aku sekelas dengan Cacha. Akhirnya aku pun duduk dengan Cacha.
Setelah 3 hari kami
menjalani Masa Orientasi Siswa (MOS), tiba-tiba datang dari arah pintu masuk
seorang anak perempuan yang sedang digandeng ibunya dan hendak masuk ke kelas
kami.
“Permisi, apakah ini kelas 7.1?” Ujar ibu anak perempuan itu.
“Oh iya, bu. Ada yang bisa saya bantu?” Jawab wali kelas kami.
“Ini bu anak saya baru sembuh dari sakit tipus jadi, baru hari ini dia bisa masuk.” Jawab ibu anak perempuan itu.
“Oh iya, tidak apa-apa, bu. Ayo anak cantik kita masuk ke kelas.” Ujar bu guru.
Ibu guru segera menggandeng anak perempuan itu ke depan kelas dan memperkenalkannya.
“Teman-teman hari ini kita kedatangan murid baru. Silahkan kenali dirimu kepada teman-temanmu, nak.” Ujar bu guru.
“Teman-teman, kenalin naamaa saaaya Gaby. Salam kenal.” Ucap anak perempuan itu dengan malu dan rasa gugup saat memperkenalkan dirinya.
“Baik, Gaby. Gaby silahkan duduk didepan Hani dan Cacha yak.” Ucap bu guru.
Gaby pun segera duduk didepan dudukku dan Cacha.
“Permisi, apakah ini kelas 7.1?” Ujar ibu anak perempuan itu.
“Oh iya, bu. Ada yang bisa saya bantu?” Jawab wali kelas kami.
“Ini bu anak saya baru sembuh dari sakit tipus jadi, baru hari ini dia bisa masuk.” Jawab ibu anak perempuan itu.
“Oh iya, tidak apa-apa, bu. Ayo anak cantik kita masuk ke kelas.” Ujar bu guru.
Ibu guru segera menggandeng anak perempuan itu ke depan kelas dan memperkenalkannya.
“Teman-teman hari ini kita kedatangan murid baru. Silahkan kenali dirimu kepada teman-temanmu, nak.” Ujar bu guru.
“Teman-teman, kenalin naamaa saaaya Gaby. Salam kenal.” Ucap anak perempuan itu dengan malu dan rasa gugup saat memperkenalkan dirinya.
“Baik, Gaby. Gaby silahkan duduk didepan Hani dan Cacha yak.” Ucap bu guru.
Gaby pun segera duduk didepan dudukku dan Cacha.
Waktu istirahat pun tiba.
Aku dan Cacha segera ke kantin. Setelah kami jajan, kami balik ke kelas. Saat
sampai dikelas kami melihat Gaby tampak kesepian, mungkin karena hari ini
adalah hari pertama dia masuk ke sekolah. Dengan rasa kasihan kami pun
menghampiri Gaby yang duduk sendirian.
“Hai, nama kamu Gaby kan?” Ucapku.
“Iyaa,,” Jawab Gaby.
“Kenalin namaku Hani dan temanku Cacha.” Ujarku.
Setelah berkenalan itu pun kami merasa sangat akrab sekali. Setelah itu kami bertiga pun menjadi teman akrab.
“Hai, nama kamu Gaby kan?” Ucapku.
“Iyaa,,” Jawab Gaby.
“Kenalin namaku Hani dan temanku Cacha.” Ujarku.
Setelah berkenalan itu pun kami merasa sangat akrab sekali. Setelah itu kami bertiga pun menjadi teman akrab.
2 semester pun kami jalanin
bersama dengan suka dan duka yang menghampiri kami. Pada akhirnya kami harus
berpisah kelas. Aku sekarang duduk dikelas 8.4. Gaby dan Cacha duduk dikelas
8.2. Walaupun kami beda kelas tetapi kami masih sering bertemu untuk bercerita
dan bercanda.
Pada saat istirahat kami
hendak ke Masjid untuk sholat Dzuhur. Lalu aku melihat seorang anak laki-laki
yang sedang memakai sepatu, itu adalah Fauzi. Fauzi adalah siswa laki-laki
terpintar, sholeh, dan diam disekolahan kami. Tiba-tiba mataku terpaku padanya
dan hatiku terasa deg-degkan saat melihat wajahnya yang manis.
“Apakah ini yang dinamakan CINTA? Kenapa hatiku deg-degkan saat melihat wajahnya yang manis itu.” Ucapku dalam hati.
Setelah sholat kami bertiga menyempatkan waktu untuk mengobrol.
“Kenapa hatiku deg-degkan saat tadi aku melihat Fauzi?” Tanyaku kepada Gaby dan Cacha.
Gaby dan Cacha langsung tertawa berbahak-bahak saat mendengar pertanyaanku.
“Apa hatimu deg-degkan? Wahhh,, jangan-jangan kamu suka ya sama Fauzi?” tanya Cacha sambil meledekiku.
“Apaaa? Tak tahulah. Tapi ini pertama kalinya aku merasa deg-degkan saat aku melihat cowok.”Jawabku dengan rasa malu-malu.
“Wahhh,, Itu berarti kamu tuh suka sama Fauzi. Cie... Cie...” Jawab Gaby sambil meledekiku.
“Apaaa ? aku suka sama Fauzi? Mungkin juga sih. Kan dia itu tipe cowokku banget” Tanyaku dalam hati.
Mereka berdua pun tertawa dengan berbahak-bahak sambil meledeki karena pertanyaanku tentang perasaanku. Tiba-tiba bel masuk kelas pun berbunyi, kami bertiga segera masuk kekelas.
Setelah pulang sekolah aku langsung ke kamarku dan membuka laptopku. Aku pun segera mencari tahu tentang Fauzi dan mencari foto-fotonya Fauzi.
“Apakah ini yang dinamakan CINTA? Kenapa hatiku deg-degkan saat melihat wajahnya yang manis itu.” Ucapku dalam hati.
Setelah sholat kami bertiga menyempatkan waktu untuk mengobrol.
“Kenapa hatiku deg-degkan saat tadi aku melihat Fauzi?” Tanyaku kepada Gaby dan Cacha.
Gaby dan Cacha langsung tertawa berbahak-bahak saat mendengar pertanyaanku.
“Apa hatimu deg-degkan? Wahhh,, jangan-jangan kamu suka ya sama Fauzi?” tanya Cacha sambil meledekiku.
“Apaaa? Tak tahulah. Tapi ini pertama kalinya aku merasa deg-degkan saat aku melihat cowok.”Jawabku dengan rasa malu-malu.
“Wahhh,, Itu berarti kamu tuh suka sama Fauzi. Cie... Cie...” Jawab Gaby sambil meledekiku.
“Apaaa ? aku suka sama Fauzi? Mungkin juga sih. Kan dia itu tipe cowokku banget” Tanyaku dalam hati.
Mereka berdua pun tertawa dengan berbahak-bahak sambil meledeki karena pertanyaanku tentang perasaanku. Tiba-tiba bel masuk kelas pun berbunyi, kami bertiga segera masuk kekelas.
Setelah pulang sekolah aku langsung ke kamarku dan membuka laptopku. Aku pun segera mencari tahu tentang Fauzi dan mencari foto-fotonya Fauzi.
Keesokkan harinya, saat
istirahat seperti biasa kami bertiga selalu berkumpul di Masjid untuk sholat
dzuhur dan makan siang.
“Kalian tau gak Fauzi itu anaknya seperti apa?” Tanyaku.
“Apaa? Fauzi? Kalau menurutku Fauzi itu anaknya baik, pintar, sholeh, dan juga pendiam. Kenapa kamu tanya seperti itu? Wah,, jangan-jangan kamu benar-benar suka sama Fauzi yaa?” Ujar Cacha.
“Wahh,, berarti Fauzi itu tipe cowok idaman aku banget. Iyaa sihh,, saat pertama kali aku melihat dia aku merasakan ada rasa yang aneh dihatiku.” Jawabku.
“Hahaha.. Mau gak kita comblangin?” Tanya Gaby.
“Apaaa? Gak ahh, cukup hatiku dan kalian aja yang tau perasaanku dan aku juga gak mau mengumbar perasaanku begitu saja.”Jawabku dengan rasa malu-malu.
Tiba-tiba dari arah tangga ada seorang anak perempuan berkacamata, lalu Gaby memanggilnya.
“Sandy,, ayo kesini...” Ucap Gaby saat memanggil anak perempuan itu.
“Lagi ngapain kalian disini?” Tanya anak perempuan itu.
:”Biasa lagi ngobrol-ngobrol abis sholat. Eh, kenalin ini Hani sahabatku.” Jawab Gaby sambil memperkenalkanku pada anak perempuan itu.
“Hai,, kenalin aku Sandy.” Ucap Sandy sambil tersenyum kepada kami.
Setelah perkenalan itu kami pun mulai berbincang-bincang dan mulai saat itu Sandy dan kami sering berkumpul bersama dan kami sudah menganggap Sandy sebagai sahabat kami.
“Kalian tau gak Fauzi itu anaknya seperti apa?” Tanyaku.
“Apaa? Fauzi? Kalau menurutku Fauzi itu anaknya baik, pintar, sholeh, dan juga pendiam. Kenapa kamu tanya seperti itu? Wah,, jangan-jangan kamu benar-benar suka sama Fauzi yaa?” Ujar Cacha.
“Wahh,, berarti Fauzi itu tipe cowok idaman aku banget. Iyaa sihh,, saat pertama kali aku melihat dia aku merasakan ada rasa yang aneh dihatiku.” Jawabku.
“Hahaha.. Mau gak kita comblangin?” Tanya Gaby.
“Apaaa? Gak ahh, cukup hatiku dan kalian aja yang tau perasaanku dan aku juga gak mau mengumbar perasaanku begitu saja.”Jawabku dengan rasa malu-malu.
Tiba-tiba dari arah tangga ada seorang anak perempuan berkacamata, lalu Gaby memanggilnya.
“Sandy,, ayo kesini...” Ucap Gaby saat memanggil anak perempuan itu.
“Lagi ngapain kalian disini?” Tanya anak perempuan itu.
:”Biasa lagi ngobrol-ngobrol abis sholat. Eh, kenalin ini Hani sahabatku.” Jawab Gaby sambil memperkenalkanku pada anak perempuan itu.
“Hai,, kenalin aku Sandy.” Ucap Sandy sambil tersenyum kepada kami.
Setelah perkenalan itu kami pun mulai berbincang-bincang dan mulai saat itu Sandy dan kami sering berkumpul bersama dan kami sudah menganggap Sandy sebagai sahabat kami.
Pada saat guru-guru sedang
rapat, saat aku sedang menggambar, tiba-tiba Gaby dan Cacha menghampiriku kekelas.
Mereka langsung menggeretku ke arah kamar mandi. Aku bingung pun bingung dengan
sikap mereka itu.
“Sebenarnya ada apa sihh?, tiba-tiba saja kalian menggeretku kesini tanpa ada penjelasan.” Tanyaku kepada Gaby dan Cacha.
“Maaf kami menarik kamu kesini. Begini, tadi kan Sandy bercerita kepada kami katanya dia ada perasaan gitu sama Fauzi, Han dan mereka tadi dikelas sangat akrab sekali. Kamu seharusnya memberi tahu Sandy tentang perasaanmu kepada Fauzi agar Sandy mengerti dan agak menjauh dari Fauzi.” Ucap Cacha dengan penuh keseriusan.
“Apaaa? Masa sihhh?” Ujarku dengan rasa bingung.
Dengan rasa agak kesal aku menghampiri Sandy dan aku pun bercerita kepada Sandy bahwa aku suka dengan Fauzi sejak lama. Lalu Sandy hanya diam saat mendengar ceritaku dan Sandy lalu pergi seakan tidak ada kata yang harus dia katakan kepadaku tentang ceritaku tadi. Dengan rasa kesal dan bingung aku berdiam di pojok kamar mandi. Lalu Gaby dan Cacha menghampiriku dan berkata.
“Bagaimana reaksi Sandy, Han?” Tanya Gaby.
“Dia hanya diam saja seperti tidak ada yang kami bicarakan.” Jawabku dengan rasa kecewa dengan sikap Sandy.
“Wahh,, kayaknya Sandy juga suka deh sama Fauzi. Jadi dia nggak mau mendengar ceritamu karena dia tau kalau kami berdua tau kalau dia suka sama Fauzi juga.” Ucap Cacha dengan serius.
“Apaa? Masa sihh?” Tanyaku dengan rasa penasaran.
“Iya bener, aku lihat dari tatapnya dan cara dia bicara sama Fauzi itu berbeda dengan laki-laki lainnya seperti ada perasaan berharap gitu.” Jawab Cacha.
Mendengar ucapannya Cacha aku pun merasa menyerah untuk mengejar cinta Fauzi.
“Sebenarnya ada apa sihh?, tiba-tiba saja kalian menggeretku kesini tanpa ada penjelasan.” Tanyaku kepada Gaby dan Cacha.
“Maaf kami menarik kamu kesini. Begini, tadi kan Sandy bercerita kepada kami katanya dia ada perasaan gitu sama Fauzi, Han dan mereka tadi dikelas sangat akrab sekali. Kamu seharusnya memberi tahu Sandy tentang perasaanmu kepada Fauzi agar Sandy mengerti dan agak menjauh dari Fauzi.” Ucap Cacha dengan penuh keseriusan.
“Apaaa? Masa sihhh?” Ujarku dengan rasa bingung.
Dengan rasa agak kesal aku menghampiri Sandy dan aku pun bercerita kepada Sandy bahwa aku suka dengan Fauzi sejak lama. Lalu Sandy hanya diam saat mendengar ceritaku dan Sandy lalu pergi seakan tidak ada kata yang harus dia katakan kepadaku tentang ceritaku tadi. Dengan rasa kesal dan bingung aku berdiam di pojok kamar mandi. Lalu Gaby dan Cacha menghampiriku dan berkata.
“Bagaimana reaksi Sandy, Han?” Tanya Gaby.
“Dia hanya diam saja seperti tidak ada yang kami bicarakan.” Jawabku dengan rasa kecewa dengan sikap Sandy.
“Wahh,, kayaknya Sandy juga suka deh sama Fauzi. Jadi dia nggak mau mendengar ceritamu karena dia tau kalau kami berdua tau kalau dia suka sama Fauzi juga.” Ucap Cacha dengan serius.
“Apaa? Masa sihh?” Tanyaku dengan rasa penasaran.
“Iya bener, aku lihat dari tatapnya dan cara dia bicara sama Fauzi itu berbeda dengan laki-laki lainnya seperti ada perasaan berharap gitu.” Jawab Cacha.
Mendengar ucapannya Cacha aku pun merasa menyerah untuk mengejar cinta Fauzi.
Kelas 8 berakhir dengan rasa
bimbang dengan perasaanku. Saat pembagian kelas aku melihat bahwa Sandy dan
Fauzi akan sekelas lagi di kelas 9.1. Melihat tulisan itu aku merasa kesal
karena tidak bisa sekelas dengan Fauzi dan tiga sahabatku.
Liburan panjang kenaikan
kelas pun berakhir saatnya kembali beraktivitas untuk sekolah seperti biasa.
Dengan rasa sedih aku pun masuk ke kelas 9.4. Saat aku hendak ke kantin bersama
Gaby. Tiba-tiba dari jarak jauh aku melihat Fauzi dan Sandy sedang bercanda
tawa dengan Cacha yang ada disamping Sandy. Saat aku dan Gaby melewati mereka,
seakan-akan Sandy tidak melihatku dihadapannya. Dengan rasa kesal melihat
sikapnya yang tidak menghargai perasaanku, aku pun langsung mencemoong Sandy
dan meninggalkan mereka berdua. Setelah sampai dikelas Gaby dan Cacha langsung
menghiburku tetapi rasa kesabaranku kepada Sandy sudah tidak bisa ditahan lagi.
Mulai itu pun aku dan Sandy tidak akrab lagi seperti dahulu.
Suatu hari dia mengirim
pesan kepadaku tentang masalah itu. Awalnya dia meminta maaf kepadaku tetapi
pada akhir pesan dia mengeritikku dengan kata-kata yang aku tidak suka dan
kebencianku dengan Sandy pun bertambah. Lalu aku menulis kata-kata yang
menggambarkan perasaanku di Twitter. Betapa sedihnya hatiku saat melihat ucapan
Sandy dan sikap Sandy yang seperti itu. Semenjak
itu aku mulai lebih menjauhi Sandy.
Suatu hari Pak Harry
memanggilku gara-gara kejadian tersebut. Pak Harry meminta aku dan Sandy segera
berbaikan dan kembali seperti dahulu, tetapi aku tetap menolak permintaan pak
Harry dan tiba-tiba pak Harry memanggil Fauzi untuk menyelesaikan masalah kami.
Lalu, aku pun langsung berlari dan menangis.
“Mengapa semua orang tidak pernah menghargai perasaanku mereka hanya membela Sandy yang bersalah.” Tanyaku dalam hati dengan rasa sedih.
Setelah mendengar cerita dari pak Harry atas sikapku ini Sandy pun meminta maaf kepadaku dengan mengirim sms dan pesan di Facebook. Tapi aku hanya melihat pesan Sandy dan tidak membalasnya satu pun.
“Mengapa semua orang tidak pernah menghargai perasaanku mereka hanya membela Sandy yang bersalah.” Tanyaku dalam hati dengan rasa sedih.
Setelah mendengar cerita dari pak Harry atas sikapku ini Sandy pun meminta maaf kepadaku dengan mengirim sms dan pesan di Facebook. Tapi aku hanya melihat pesan Sandy dan tidak membalasnya satu pun.
Pada akhirnya aku mendengar
bahwa Fauzi pacaran dengan Rachel, hatiku pun sakit seperti beling yang pecah
berkeping-keping dan aku hanya bisa menangis dan menangis. Semenjak itu aku
merasa aku telah bersalah telah menyalahi Sandy karena dia dekat dengan Fauzi.
Akhirnya aku dan Sandy berbaikan dan kami berempat bisa bersama lagi seperti
dahulu. Dari kejadian itu aku pun belajar bahwa kita sebagai manusia tidak
boleh salah paham kepada orang lain tanpa alasan yang jelas dan jangan terlalu
mencintai orang lain yang belum tentu dia juga mencintai diri kita.
No comments:
Post a Comment